Semuanya
tlah terungkap dengan jelas, Kekasih.
Bagaimana aku memang kali ini gagal mempertahankan pendirian, atau memang egoku yang tlah ku kalahkan.
Aku tlah jatuh, kepadamu.
Bagaimana aku memang kali ini gagal mempertahankan pendirian, atau memang egoku yang tlah ku kalahkan.
Aku tlah jatuh, kepadamu.
Barangkali nanti, waktu akan meniti kembali, sebagaimana ia memulai, bertindak
dengan gemulai.
Hampir aku lupa, bahwa masa lalu kita begitu menyakitkan. Aku hanya takut, aku ini sekedar persinggahan tempat kau memulihkan diri.
Tak mengapa, selagi itu kau.
Hampir aku lupa, bahwa masa lalu kita begitu menyakitkan. Aku hanya takut, aku ini sekedar persinggahan tempat kau memulihkan diri.
Tak mengapa, selagi itu kau.
Jangan
biarkan kedukaan merenggutmu dariku, Kekasih.
Padahal sepi dan rindu masih dalam lingkar yang sama, dalam ruang hampa masa lalu.
Padahal sepi dan rindu masih dalam lingkar yang sama, dalam ruang hampa masa lalu.
Terekam
dengan jelas, bagaimana matamu bahkan seperti sebuah jendela, membuatku melihat
begitu banyak pemandangan. Aku ngeri juga sedih. Apa dayaku...
Kita
akrab dengan kehilangan, perpisahan
bahkan kita berteman dengan tangis dan kepedihan.
bahkan kita berteman dengan tangis dan kepedihan.
Bukannya
aku pernah bilang
kita lahir pada luka yang sama, kuat atas pedih yang tak terkira..
kita lahir pada luka yang sama, kuat atas pedih yang tak terkira..
Aku
selalu ingat bagaimana kau memandangi tubuhku dengan mata tertutup, lalu kau menyisirnya
dengan bibirmu.
Katamu ingin mengingat semuanya, lekuk tubuhku, dan segalanya.
Katamu ingin mengingat semuanya, lekuk tubuhku, dan segalanya.
Diranjang
tempatku mengadu, kau benar benar menyesap tubuhku, mampu menangkap kegetiran,
memelukku hanya penuh kasih sayang, Tanpa bertanya, tanya jeda. Kau biarkan aku
menangis, hingga tertidur lelap dalam lingkar lenganmu.
Aku
terbangun di pagi menjelang siang, Tidak terik, bahkan mendung menjulang.
Mataku bengkak, tapi kau, tidak ada alasan untuk tidak memujiku.
Itu kamu.
Mataku bengkak, tapi kau, tidak ada alasan untuk tidak memujiku.
Itu kamu.
Gerimis
kala itu, seperti matamu
yang selama ini hanya ada dalam bayangku, terawangku.
Malam terakhir yang menyiksaku.
Malam itu ku pikir, kaulah dahagaku.
Malam itu ku pikir, aku turut pula merasakan ada yang kosong di dadamu, dadaku.
Seperti ladang rindu, terbakar..
lalu akan ku tabur lagi benih rindu.
yang selama ini hanya ada dalam bayangku, terawangku.
Malam terakhir yang menyiksaku.
Malam itu ku pikir, kaulah dahagaku.
Malam itu ku pikir, aku turut pula merasakan ada yang kosong di dadamu, dadaku.
Seperti ladang rindu, terbakar..
lalu akan ku tabur lagi benih rindu.
Entah
dibulan mendatang, akankah aku berhasil menuai rindu, atau aku gagal menjagamu
tetap tumbuh.
02.00-02.10
Maret 2016
02.00-02.10
Maret 2016
2 komentar:
Hai andii,gw suka puisi2 lu, itu puisi kan hehe. Full of pain, sexual but pretty good.
@rezasyahputra : hai halo salam kenal. Terimakasih yaa
Posting Komentar