Sabtu, 29 Oktober 2016

Kepada Seorang Buruh Seni Pukul Dua Dini Hari

Diposting oleh Unknown di 04.00 2 komentar


Semuanya tlah terungkap dengan jelas, Kekasih.
Bagaimana aku memang kali ini gagal mempertahankan pendirian, atau memang egoku yang tlah ku kalahkan.
Aku tlah jatuh, kepadamu.
 
Barangkali nanti, waktu akan meniti kembali, sebagaimana ia memulai, bertindak dengan gemulai.
Hampir aku lupa, bahwa masa lalu kita begitu menyakitkan. Aku hanya takut, aku ini sekedar persinggahan tempat kau memulihkan diri.
Tak mengapa, selagi itu kau.
Jangan biarkan kedukaan merenggutmu dariku, Kekasih.
Padahal sepi dan rindu masih dalam lingkar yang sama, dalam ruang hampa masa lalu.
Terekam dengan jelas, bagaimana matamu bahkan seperti sebuah jendela, membuatku melihat begitu banyak pemandangan. Aku ngeri juga sedih. Apa dayaku...

Kita akrab dengan kehilangan, perpisahan
bahkan kita berteman dengan tangis dan kepedihan.
Bukannya aku pernah bilang
kita lahir pada luka yang sama, kuat atas pedih yang tak terkira..
Aku selalu ingat bagaimana kau memandangi tubuhku dengan mata tertutup, lalu kau menyisirnya dengan bibirmu.
Katamu ingin mengingat semuanya, lekuk tubuhku, dan segalanya.

Diranjang tempatku mengadu, kau benar benar menyesap tubuhku, mampu menangkap kegetiran, memelukku hanya penuh kasih sayang, Tanpa bertanya, tanya jeda. Kau biarkan aku menangis, hingga tertidur lelap dalam lingkar lenganmu.
Aku terbangun di pagi menjelang siang, Tidak terik, bahkan mendung menjulang.
Mataku bengkak, tapi kau, tidak ada alasan untuk tidak memujiku.
Itu kamu.

Gerimis kala itu, seperti matamu
yang selama ini hanya ada dalam bayangku, terawangku.
Malam terakhir yang menyiksaku.
Malam itu ku pikir, kaulah dahagaku.
Malam itu ku pikir, aku turut pula merasakan ada yang kosong di dadamu, dadaku.
Seperti ladang rindu, terbakar..
lalu akan ku tabur lagi benih rindu.
Entah dibulan mendatang, akankah aku berhasil menuai rindu, atau aku gagal menjagamu tetap tumbuh.


02.00-02.10
Maret 2016

Sabtu, 01 Oktober 2016

Matilah segera

Diposting oleh Unknown di 20.41 0 komentar
Mungkin kau hapal jelas tiap leluk tubuhku. Tiap stretchmark di paha dan payudaraku, berjuang demi setiap janji yg kita rapalkan. Tapi kau alpa menakar seberapa dalam luka yang kau tinggalkan. Kau alpa belajar bahwa aku bukan salah satu perempuan yang diam ketika kau nistakan.

Banyak hal terlewatkan. Dan tak satupun kau belajar bahwa mataku telah lama berhenti berpijar. Senyumku berhenti berpendar. Tawaku tlah lama hambar. Aku memasung jiwaku sendiri, menepikan dirimu, berandaiandai kapan kau pergi sendiri tanpa ku minta lagi.

Permintaan terakhirmu hanya maaf dan segalanya berakhir.
"Matilah segera." Ucapku getir.

andi soraya quotes

tiap hari aku merindu dan semakin mencintaimu Ratu
PT. Scream Satanica.Org. Diberdayakan oleh Blogger.
 

me dá teu calor Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review