Sabtu, 28 November 2015
-----
aku hampir terbuai kata-katanya. aku lupa, ia seorang Libra, sama sepertiku, ia seringkali bimbang, terlena dgn buaian dan bualan. sama sepertiku. lagi-lagi aku kalah, ia mmilih terbang, tak bisa diraih, tapi ia tetap kunang-kunangku, yg berpijar, yg indah, yg memesonaku.
karenanya aku belajar, untuk tidak seperti dia, untuk tidak pasrah dalam keadaan, mati dalam kesabaran, cinta yg bertepuk sbelah tangan.
maaf kunang-kunangku, aku tak bisa memiliki hati sepertimu, memaafkan cinta, hidup dengan cinta, tanpa pmrih, tanpa dendam.
maaf ku tak bisa sepertimu. aku tak bisa mnderita dlam hidup yg singkat ini. aku haruslah bahagia.
hidup ini terlalu naif, hidup ini haruslah punya esensi. bukan tunduk karena iba.
untuk itu, aku akan bahagia. tersenyum, tertawa, dan mungkin belanja.
tapi bagaimana bisa aku bahagia, jika kau tidak. aku pantulanmu. engkau kunang-kunang terindahku.. bagaimana bisa aku tetap tersenyum sperti ini jika aku tau kau merana..
ini ironi. kau tau. aku tidak mau mengikuti jejakmu, aku pilih bahagiaku sendiri. tapi kau tidak. sama seperti aku bebas, menentukn lngkahku, tapi rumahku sendiri terbakar.
aku mencintaimu Ibu. kunang-kunangku.
derita ku dekap, paling hangat daripada tubuh kekasihku. tapi kau memilih terbang pergi jauh, membawa sakitmu, yg sbnarnya juga milikku.
aku mencintaimu Ibu.
November 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Tak Ada yang Tulus
"Tak ada yang tulus"
tulismu..
Iya tak ada yang tulus, termasuk aku.
Ketulusan mungkin hanya ada padamu, dan aku sia-siakan itu untuk satu alasan semu yaitu Jarak.
Jumat, 20 Maret 2015
Bahagialah, kasih.
Kekasih.
Tiada luka yang lebih parah ketika aku memutuskan pergi dari hidupmu.
Tiada penyesalan paling sesal ketika aku mulai goyah dengan pilihanku saat ini.
Berbahagialah disana sayang, aku selalu mendoakan tiap langkahmu.
Tetaplah seperti itu.
Jangan pernah mengutukku, mungkin alasanku masih bersedih saat ini karena pilihanku tak jua menunjukkan betapa istimewanya aku, tak kunjung jua menganggapku satu-satunya.
Sebenarnya tak ada gunanya aku katakan ini, aku cukup diam dan rasakan karma.
Bahagialah kamu, tanpa pengkhianat sepertiku. Rugilah Ia, memilih pengkhianat yg terus-terusan melaknat diri sendiri..
Kamis, 12 Februari 2015
Kamu.
Kamu.
Apa kabar?
Masih membenciku?
Kamu.
Kamu baik-baik kan disana?
Kamu.
Kamu sehat?
Masih ingat padaku?
Kamu.
Kamu masih setia dengan kopi hitam di awal pagimu?
Kamu.
Masih selalu begadang?
Jagalah dirimu.
Kamu.
Selalu kamu.
Masih tetap kamu.
Aku.
Juga masih aku.
Yang merepotkan
Aku.
Tetaplah aku
Yang terlalu manja menurutmu
Aku.
Masih seperti dulu
Suka susu, keju, terutama peju.
Hihi.
Aku.
Iya masih nakal, centil
Kamu selalu tau tentang aku
Aku.
Tetap menyedihkan.
Tetap seperti biasa, selalu suka mengenang masa-masa kecil yang kelam
Aku.
Selalu begitu, masih sangat rancu terhadap kehidupan
Aku.
Masih membenci masa lalu, kadang masih benci Ibuku.
Hah.
Aku.
Kamu.
Teruslah berjalan kamu, walau tanpaku.
Baik-baik, makan makanan yang baik.
Tertanda
Aku, yang kau sebut Jalang, sesekali waktu.